Ring ring
depan
Syaikh Muhyiddin Waliyullah / Syaikh Abdurrahman / Ing Singa Sayahsyayuda yang lebih dikenal dengan Ki Suro / Ki Suropati (Ki Gede Suro),
perjalanan wisata jiarah yang al faqir dan kawan kawan lakukan yang rutin setiap satu suro atau tahun baru islam kali ini mendatangi waliyulloh ditegal gubug cirebon ,bukan karna kebetulan tapi karna guru kami memang pernah mondok di PESANTREN AL ANWARIYAH tegal gubug
Alhamdulillah sesampinya kami di makam syeh Suropati kami di sambut dan di berikan wejangan olehKH. Ahmad Zubair bin KH. Ahmad Zaini Siroj, KH. Muhammad Anwar bin KH. Muhammad Amin karna mereka berdua sahabat guru kami waktu di ponpes
20171121101326
Membahas aulia illah waliyulloh di bumi cirebon tak akan pernah ada habisnya.
cirebon boleh di katakan kota waliyulloh karna dari bumi cirebon banyak para aulia yang menyebarkan agama islam ke jakarta banten dll.

Seorang wali tersebut bernama Syaikh Muhyiddin Waliyullah / Syaikh Abdurrahman / Ing Singa Sayahsyayuda yang lebih dikenal dengan Ki Suro / Ki Suropati (Ki Gede Suro), sebagaimana kilasan sejarah dibawah ini :Setelah perang besar antara kerajaan Talaga (Nama sebuah kerajaan kecil sebelah barat daya Cirebon Cikijing Majalengka Cirebon) dan Galuh (Raja Galuh) bekas pusat kerajaan pajajaran (Jatiwangi Majalengka Cirebon) melawan kesultanan Cirebon, kerajaan Talaga dan Galuh dapat ditaklukkan, akhirnya masyarakat Talaga memeluk Islam.Kemudian Sunan Gunung Jati dalam penyiaran Agama Islam di Negeri Talaga dan Galuh mengutus beberapa orang penggeden (Pembesar) yang memiliki banyak ilmu dan kesaktian tinggi,untuk memberikan pengawasan terhadap bekas taklukan kesultanan Cirebon, karena masih ada bekas pepatih (Adipati) yang tak suka dengan Agama Islam, kemudian diantara para penggeden (Pembesar) yang diutus itu adalah Ki Suro. Seorang penggeden (Pembesar) yang terkenal sakti mandraguna berasal dari Negeri Arab (Sumber lain mengatakan dari Mesir atau Baghdad) yang nama aslinya Syaikh Muhyiddin Waliyullah (Sumber lain mengatakan Syaikh Abdurrahman) yang sudah dua tahun tinggal di Keraton Cirebon, sebagai santri (murid) Sunan Gunung Jati, lalu setelah dianggap cukup ilmunya oleh Syaikh Syarif Hidayatullah ia diutusnya untuk membantu menyebarkan agama islam keseluruh pelosok penduduk Jawa Barat, dalam perjalanan penyebaran agama islam banyak mendapat tanggapan baik dari rakyat, namun tak jarang rintangan yang dihadapinya, beliau harus perang tanding dengan para penggeden (Penguasa) pedukuhan tersebut. Namun berkat kesaktian ilmunyayang mandraguna mereka dapat ditaklukkan dan mereka memeluk agama islam.Sumber lain mengatakan Ki Suro datang ke Jawa tepatnya Cirebon bukan berguru atau nyantri(Littawadhu')pada Sunan Gunung Jati, tapi untuk membantu menyebar luaskan agama islam.Lalu atas jasa dan ilmu kesaktiannya, Syaikh Muhyiddin Waliyullah / Syaikh Abdurrahman diangkat oleh Syaikh Syarif Hidayatullah menjadi pepatih (Adipati) unggulan atau panglima tinggi (Pengawal Syaikh Syarif Hidayatullah) di Negeri Cirebon dengan gelar Ki Suro (Patih Suro).Setelah diberi gelar Ki Suro, Syaikh Syarif Hidayatullah memerintahkan KiSuro bertandang ke pondok Ki Pancawala (Seorang pembesar kerajaan Talaga) untuk membawakan kitab suci Al-Qur'an yang berjumlah banyak sebagai pedoman di Negeri Talaga dan Galuh, namun ditengah perjalanan menuju Negeri Talaga, menemui adegan sayembara merebutkan seorang putri cantik, barang siapa yang mampu mengalahkan Ki Wadaksi (seorang pembesar kerajaan Talaga) akan dijodohkan atau dikawinkan dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Wedara, lalu Ki Suro ikut sayembara untukmengetahui ilmu Ki Wadaksi, akhirnya Ki Wadaksi dapat dikalahkan dan kemudian memeluk agama islam bersama murid – muridnya. Setelah sayembara selesai putri Ki Wadaksi diserahkan kepada Raden Palayasa yang sebelumnya saling mencintai.Kemudian Ki Suro dibawa oleh Ki Pancawala dipondoknya, dan dijamunya dengan jamuan istimewa, dengan senang hati Ki Pancawala di datangi Ki Suro, namun dalam jamuan istimewa itu Ki Suroterpesona melihat putri Ki Pancawala yang bernama Nyi Mas Ratu Antra Wulan, dalam hati Ki Suro punya keinginan menjadikan pendamping hidupnya. Namun sebelum Ki Suro mengatakan keinginan hatinya untuk meminang Nyi Mas Ratu Antra Wulan, Bapaknya Nyi MasRatu Antra Wulan yaitu Ki Pancawala, sudah mengatakan bahwa putrinya akan diserahkan kepada Sunan Gunung Jati yang diharapkan menjadi istrinya, dan meminta Ki Suro bersedia mengantarkannya ke Keraton Cirebon.Dalam menempuh sebuah perjalanan panjang, naik gunung turun gunung, masuk hutan keluar hutan, dari Negeri Talaga menuju Keraton Cirebon, Ki Suro yang mengiringi Nyi Mas Ratu Antra Wulan. Kemudian Ki Suro dan Nyi Mas Ratu Antra Wulan beristirahat menghilangkan rasa letih disebuah gubugkecil ditengah – tengah hutan belantara. Kemudian setelah selesai istirahat beliau melanjutkan kembali perjalanan menuju Keraton Cirebon, namun sebelum Ki Suro melanjutkan perjalanan tiba – tiba dikejutkan dengan kedatangan Nyi Mas Rara Anten, yang meminta Nyi Mas Ratu Antra Wulan untuk dijodohkan dengan putranya. Kemudian terjadilah perang tanding yang seru namun akhirnya Nyi Mas Rara Anten dapat dikalahkan.Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali, setelah sampainya di Keraton Cirebon, Ki Suro menyerahkan Nyi Mas Ratu Antra Wulan dan menyampaikan amanat Ki Pancawala kepada Sunan Gunung Jati. Namun amanat Ki Pancawala yang menginginkan anaknya menikah dengan Sunan Gunung Jati tidakditerimanya dengan cara halus, karena Sunan Gunung Jati sesungguhnya telah mengetahui bahwa Ki Suro menyukai Nyi Mas Ratu Antra Wulan. Karena itu Sunan Gunung Jati memerintahkan Ki Suro menikah dengan putri Ki Pancawala.Kemudian setelah Ki Suro dan Nyi Mas Ratu Antra Wulan sudah menjadi suami istri (menikah), selanjutnya membangun pedukuhan atau perkampungan disebuah tegalan ditengah – tengah hutan yang dahulu terdapat gubug kecil dan yang pernah disinggahi sewaktu dalam perjalanan.Kemudian pedukuhan itu atas restudan izin Sunan Gunung Jati diberi nama"TEGAL GUBUG" yang mana nama tersebutterdiri dari dua suku kata yaitu : Tegal dan Gubug.·Tegal artinya : Tanah yang dicangkul untuk ditanami.·Gubug artinya : Rumah kecil yang terbuat dari bambu dan atapnya dari daun alang – alangatau daun tebu.Jadi Tegalgubug adalah : Sebuah rumah kecil yang sangat sederhana terbuat dari bambu,yang disekitarnya terdapat tegalan (Galengan) yang siap ditanami.Peristiwa terbentuknya nama TEGALGUBUG ini terjadi sekitar tahun 1489. sekitar akhir abad ke 15 pada saat Kesultanan Cirebon dipimpin oleh Kanjeng Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon yang merupakan salah satu wali dari wali songo yang dituakan ilmunya oleh rekan – rekannya.Setelah terbentuk sebuah nama pedukuhan atau perkampungan Tegalgubug, kemudian Ki Suro melanjutkan misinya untuk menyebarkan agama islam di kampung tersebut, terbukti dengan pesatnya agama islam yang disebarkannya kepada masyarakat sekitar yang ketika itu masih mempercayai (menganut, mengikuti) agama Nenek moyangnya yaitu : Animisme (Aliran atau kepercayaan terhadap benda) dan Dinamisme (Aliran atau kepercayaan terhadap roh), dan Hindu, Budha.Situs Ki Gede Suropati sampai sekarang banyak dikunjungi orang dari berbagai penjuru. Lokasinya terletak di Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Luas tanah ± 600 m2, abngunan ± 50 m2, dan kepemilikan tanah adalah tanah keraton.Tampak dari dalam Makam Ki Suro (tengah),Raden Kencana (barat), danKyai Agus Salim /Kyai Agus 'Aliman (timur)
sumber tulisan http://pondokpesantrenalanwariyah.blogspot.com
BACK TO HOME